Propaganda Bir Dingin & Tembak Perokok di Bar Korea Utara
StudioTangkas - Tersembunyi di tengah gemerlap kawasan hiburan malam Hongdae, Seoul, terlihat sebuah papan merujuk ke bangunan kecil dengan tulisan: 'Lihat! Ada Pyongyang Bar!'.
Tidak ada unsur politis atas keberadaan bar dengan nama ibu kota Korea Utara itu. Pyongyang Bar hanyalah tempat hiburan yang menawarkan sensasi kongko di negara nuklir tersebut.
Sang pemilik bar, Jang Woo Kyung, tidak pernah berada di Zona Demiliterisasi. Tetapi dekorasi barnya salah satunya terinspirasi dari area yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan itu.
Dekorasi Pyongyang Bar dihiasi poster bergaya Korea Utara, dinding berwarna hijau muda yang mengingatkan pada warna blok apartemen Pyongyang, dan slogan-slogan yang dilukis berwarna putih-merah yang mirip dengan propaganda Korea Utara.
Namun, alih-alih memuji para pemimpin Korea Utara, yang mungkin melanggar Undang-Undang Keamanan Nasional Korea Selatan, tulisan-tulisan bernada propaganda itu berbunyi: "Mari sediakan bir yang paling dingin!".
Ada juga propaganda guyonan yang menyindir sistem peradilan Korea Utara: "Eksekusi oleh regu tembak jika ketahuan merokok di dalam ruangan ini."
'Loyal terhadap kapitalisme'
Bahkan sebelum bar dibuka, Jang diperintahkan oleh pemerintah setempat untuk menghapus potret Kim Il Sung dan Kim Jong Il - kakek dan ayah dari pemimpin saat ini Kim Jong Un - yang dipajang di dalam barnya.
"Saya tidak punya niat untuk menghargai atau memuji Korea Utara," kata Jang, yang kartu namanya menggunakan ejaan bahasa Inggris Selatan untuk ibu kota Korea Utara, Pyeongyang.
"Saya hanya pria yang setia pada kapitalisme."
Dia dulu mengelola sebuah restoran Jepang, tetapi dengan Seoul dan Tokyo terkunci dalam pertikaian diplomatik yang pahit, keuntungannya anjlok hingga 50 persen dan dia membuka bisnis baru.
Tidak ada unsur politis atas keberadaan bar dengan nama ibu kota Korea Utara itu. Pyongyang Bar hanyalah tempat hiburan yang menawarkan sensasi kongko di negara nuklir tersebut.
Sang pemilik bar, Jang Woo Kyung, tidak pernah berada di Zona Demiliterisasi. Tetapi dekorasi barnya salah satunya terinspirasi dari area yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan itu.
Dekorasi Pyongyang Bar dihiasi poster bergaya Korea Utara, dinding berwarna hijau muda yang mengingatkan pada warna blok apartemen Pyongyang, dan slogan-slogan yang dilukis berwarna putih-merah yang mirip dengan propaganda Korea Utara.
Namun, alih-alih memuji para pemimpin Korea Utara, yang mungkin melanggar Undang-Undang Keamanan Nasional Korea Selatan, tulisan-tulisan bernada propaganda itu berbunyi: "Mari sediakan bir yang paling dingin!".
Ada juga propaganda guyonan yang menyindir sistem peradilan Korea Utara: "Eksekusi oleh regu tembak jika ketahuan merokok di dalam ruangan ini."
'Loyal terhadap kapitalisme'
Bahkan sebelum bar dibuka, Jang diperintahkan oleh pemerintah setempat untuk menghapus potret Kim Il Sung dan Kim Jong Il - kakek dan ayah dari pemimpin saat ini Kim Jong Un - yang dipajang di dalam barnya.
"Saya tidak punya niat untuk menghargai atau memuji Korea Utara," kata Jang, yang kartu namanya menggunakan ejaan bahasa Inggris Selatan untuk ibu kota Korea Utara, Pyeongyang.
"Saya hanya pria yang setia pada kapitalisme."
Dia dulu mengelola sebuah restoran Jepang, tetapi dengan Seoul dan Tokyo terkunci dalam pertikaian diplomatik yang pahit, keuntungannya anjlok hingga 50 persen dan dia membuka bisnis baru.
STUDIO TANGKAS adalah Agen Tangkas Online,
Agen Poker Online, Agen Poker GLX
Dapatkan BONUS CASHBACK TANGKAS 10%
"Banyak orang datang ke sini - beberapa bersimpati dengan Korea Utara dan beberapa membenci Korea Utara - tetapi mayoritas orang, 80 hingga 90 persen, hanya datang ke sini untuk bersenang-senang," katanya.
Menu yang ditawarkan barnya berupa hidangan khas Korea Utara, seperti mie dingin Pyongyang dan minuman bernama merek-merek populer di Korea Utara. Toko suvenir tiruan dipenuhi dengan pernak-pernik dan makanan ringan asli dari Korea Utara.
Toko suvenir itu juga menjual pakaian tradisional Korea Utara dalam warna-warna cerah dan berani.
Pelanggannya sebagian besar orang Korea Selatan yang penasaran. Sesekali datang "mantan" penduduk Korea Utara.
"Tulisan dan slogan-slogan tampak familier, dan tampaknya mereka telah menaruh banyak perhatian pada detailnya," kata Na Min-hee (30) dari Pyongyang, yang tiba di Korea Selatan pada 2016.
Tempat seperti ini dapat "membantu orang melihat masalah besar [hubungan Korea Utara dan Korea Selatan] dengan lebih berani dan positif", katanya.
Pyongyang telah berulang kali mengecam Seoul, sejak hubungan Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump tak akur.
Negara itu menolak pendekatan diplomatik terbaru Korea Selatan yang disebutnya "sembrono" dan "agak sombong".
Na menyesalkan fakta bahwa tidak ada bar yang setara di utara perbatasan.
"Jika 'pub Seoul' atau 'pub Busan' didirikan di Pyongyang, itu akan menjadi bukti bahwa Korea Utara telah berubah," katanya, merujuk pada dua kota terbesar di Korea Selatan.
"Saya sangat berharap hal itu bisa terjadi sesegera mungkin."
Komentar
Posting Komentar